Sabtu, 22 November 2008

Bencana Dolar, Mari Kembali Ke Emas

HTI-Press. Krisis keuangan global yang terjadi kini merupakan fenomena yang menjadi pusat perhatian dunia, tidak saja bagi pemikir ekonomi mikro dan makro, tetapi juga bagi para elite politik dan para pengusaha.

Dalam sejarah ekonomi, ternyata krisis sering terjadi di mana-mana melanda hampir semua negara yang menerapkan sistem kapitalisme. Krisis demi krisis ekonomi terus berulang tiada henti, sejak tahun 1923, 1930, 1940, 1970, 1980, 1990, dan 1998 – 2001 bahkan sampai saat ini krisis semakin mengkhawatirkan dengan munculnya krisis finansial di Amerika Serikat.

Roy Davies dan Glyn Davies, 1996 dalam buku The History of Money From Ancient time oi Present Day, menguraikan sejarah kronologi secara komprehensif. dimana sepanjang abad 20 telah terjadi lebih 20 kali krisis besar yang melanda banyak negara. Fakta ini menunjukkan bahwa secara rata-rata, setiap 5 tahun terjadi krisis keuangan hebat yang mengakibatkan penderitaan bagi ratusan juta umat manusia.

Krisis ini pun berimbas pada dolar yang kemudian membuat gonjang-ganjing keuangan banyak Negara di dunia. Uang, dalam perekonomian mempunyai arti sangat penting. Ketidakadilan alat ukur itu, karena instabilitas nilai tukar, akan mengakibatkan perekonomian suatu bangsa bahkan dunia, tidak berjalan pada titik keseimbangan. Akibatnya, akan semakin sulit merealisasikan keadilan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Inilah yang menimpa sistem uang kertas yang kita anut saat ini.

Uang kertas yang pada dasarnya hanya berupa kertas, ternyata tidak memiliki nilai intrinsik yang murni. Akibatnya, fluktuasi nilai tukarnya terus terjadi. Baik karena gangguan sektor riil seperti korupsi dan bencana alam, maupun gangguan sektor moneter yang berpeluang menciptakan sistem ribawi.

Potret ketimpangan ekonomi yang melanda negara-negara dunia ketiga akibat penerimaan mereka terhadap sistem mata uang kertas (fiat money) menjadi bukti nyata akan hal itu. Fiat money adalah penggunaan mata uang berbasis kertas yang diterbitkan pemerintah suatu negara tanpa disokong logam mulia (emas dan perak).

Penggunaan fiat money baru dikenal pada abad 20 ini. Penandanya, saat sistem Bretton Woods ambruk pada 1944. Emas yang selama ribuan tahun menjadi standar mata uang (classical gold standard) diganti dengan sistem kurs mengambang (flexible excange rate) yang sama sekali tak lagi bersandar pada emas. Dunia kemudian hanya mengenal satu mata uang kertas yang mendominasi perdagangan dan menjadi pilihan mengisi cadangan devisa oleh berbagai negara, yaitu dolar AS.

Perombakan sistem moneter standar emas dunia adalah hasil rekayasa Kapitalisme dalam rumusan Imperialisme Moneter melalui IMF dan Bank Dunia dengan metode hutang luar negeri, sistem moneter bukan standar emas, inflasi dengan sistem bank sentral, selisih kurs dan bunga melalui mekanisme pasar bebas. Dengan fluktuasi yang sedikit saja, maka hancurlah sitem keuangan dunia. Lebih lebih votalitas kurs ini bisa dipermainkan oleh beberapa orang/ lembaga saja di dunia ini.

Penggunaan uang kertas sebagai alat transaksi moneter internasional itu telah membuka ruang bagi munculnya penjajahan baru dan salah satu biang ketidakadilan moneter di dunia. Melalui mata uang kertas, sebuah negara dapat menjajah, menguasai, bahkan melucuti kekayaan negara lain. Negara yang memiliki nilai mata uang kertas lebih kuat menekan negara lain yang mata uang kertasnya lebih lemah.

Contoh nyata penjajahan melalui mata uang itu terlihat dalam penggunaan uang kertas dolar Amerika Serikat (AS) yang diterima oleh 60 persen penduduk bumi. Inilah ironi terbesar dunia saat ini. Dolar yang terdistribusi secara luas menempatkan AS pada tempat istimewa. Melalui dolar–mata uang yang tak berbasis pada emas itu–AS mengeksploitasi, memajaki warga dunia dengan mengalihkan beban inflasi yang ditanggungnya pada seluruh pemakai dolar di seantero dunia. Negara-negara ketiga didera krisis ekonomi berkepanjangan lantaran harus membayar inflasi yang ditimbulkan oleh penggunaan uang kertas tersebut.

Bukan itu saja. Ketidakadilan juga tersimak saat negara-negara ketiga menyerahkan pelbagai komoditas mereka seperti minyak, kayu dan kekayaan alam lainnya sementara AS cukup menukar semua komoditas itu dengan uang kertas yang bisa dicetaknya kapan saja. Sepanjang dolar tetap dipakai dalam pelbagai transaksi moneter internasional, ketimpangan moneter dan krisis ekonomi akan terus melanda negara-negara ketiga.

Dalam sejarah, mata uang emas terbukti diterima sebagai alat moneter universal. Ribuan tahun lamanya masyarakat dunia dari pelbagai peradaban memilih mata uang ini sebagai alat tukar dalam aneka praktik keuangan. Selama ribuan tahun pula, perdagangan dunia menganut konsep bimetalisme, kebijakan moneter berbasis emas dan perak. Imperium Romawi menggunakan denarius, mata uang berupa koin emas bergambar Hercules bersama dua putranya, Herculyanoos dan Qustantine. Di Cina dikenal qian, mata uang yang juga berbasis logam.

Jika kita mau terbebas dari ketidakadilan moneter dan krisis ekonomi tersebut, maka kenapa tidak melirik mata uang emas dan perak. Sistem uang emas dan perak punya beberapa keunggulan.

Pertama, uang emas sudah dibuktikan sejak zaman Nabi Muhamad saw sebagai alat tukar yang punya nilai intrinsik murni. Nabi pernah mengutus sahabatnya membeli seekor kambing dengan harga satu dinar. Hari ini, 1500 tahun kemudian, sekeping dinar tetap bisa dapat seekor kambing. Jadi, nilainya tetap. Begitu juga dirham. Satu dirham dari dulu sampai sekarang kira-kira dapat seekor ayam kecil, sedangkan ayam besar dua dirham. Jadi, emas dan perak adalah penyimpan nilai yang tetap dan dijamin oleh dirinya sendiri.

Kedua, jika emas dan perak berlaku sebagai mata uang maka ia akan menjadi mata uang universal yang menjadi milik semua negara. Karena emas dan perak diterima oleh semua negara. Ketiga, sebagai mata uang universal ia tidak memiliki masalah kurs. Sehingga, harga 1 dinar di Amerika Serikat sama dengan harga 1 dinar di Indonesia. Tidak seperti sekarang, $ 1 US tiba-tiba 9000 kali lipat rupiah, dan ini tiap kali bisa dimainkan.

Keempat, jika kita menetapkan dinar dan dirham sebagai mata uang, berarti kita telah bersikap adil. Karena, begitu kita bertransaksi dengan dinar berarti kita telah melakukan tukar menukar harta dengan harta lain yang nilainya sepadan. Misalnya, kita menjual hasil hutan berupa kayu, kita akan mendapatkan emas dalam bentuk dinar. Kelebihan lainnya, jika kita mempunyai cadangan emas yang banyak, kita tidak mudah diguncang berbagai krisis. Tidak seperti saat ini. Kita mengekspor minyak, kayu, elektronik, dan lainnya hanya untuk ditukar dengan kertas yang nggak ada apa-apanya. Hanya kertas dengan angka-angka yang dipaksakan oleh hukum dan politik negara untuk mempercayainya. [oleh: Siti Nuryati]

Rabu, 19 November 2008

KERETA, sepenggal kisah.. (Part OnE)

KERETA, sepenggal kisah.. (Part OnE)

Pagi ini, sekali lagi, dari entah yang keberapa kalinya aku mengalami hal seperti ini. Terdampar di stasiun. Menanti datangnya kereta yang tak pasti.
Empat tahun sudah aku kuliah di kota Malang, membuatku semakin akrab dengan sarana transportasi yang paling panjang ini. Bisa dibilang jadi pelanggan setia kereta api Penataran (Malang – Tulungagung). Mungkin itulah yang mendorongku untuk berbagi cerita tentang kereta. Kereta...= kendaraan semua strata?? Di negeri ini segala fasilitas masih ditentukan ongkos tiketnya. Mau yang super nyaman?? Silahkan membeli tiket kelas eksekutif. Mau yang sekadar nyaman?? Yah.., kelas Bisnis cukuplah.. ato mau asal nyampe?? Kelas ekonomi ga’ masalah.., tapi konsekuensinya ga’ boleh banyak protes lo ya...(marginalisasi??)
Emang harga yang dipatok untuk kelas eksekutif lumayan wajar, sebanding dengan fasilitas yang didapat. Tapi kadang ngenes juga ngeliat (apalagi ngerasain) kalo harus merogoh kocek cukup dalam hanya untuk perjalanan Tulungagung-Malang. Sekitar 70 ribu, dari tarif awal 240-260 ribu untuk jarak tempuh Malang – Jakarta (Gambir). Kalo mo itung2an ni, Malang- Jkt kan sekitar 700-800 km tuh, trus T’agung -Mlg kan cuman 100-120 km, paling nggak kalo pake itung linear ya.. tiketnya harusnya ga’ nyampe 50 ribu.
Walo fasilitas emang jauh melesat dibanding kelas ekonomi, tapi bagi orang yg dikejar waktu alias butuh cepet nyampe, kusarankan jangan naik kereta, walo kelas eksekutif sekalipun. Karena.., di pulau Jawa ini, jalur kereta masih monorail. Satu rel sepanjang itu dipake lewat berapa kereta coba seharinya. Apalagi akhir-akhir ini kaya’nya sering banget berita Rel kereta anjlog. Walo bukan kereta yang kita tumpangi yang kena musibah, tapi kena imbasnya juga. Alamat molor nunggu rel diperbaiki ato alih jalur. Lagipula, ga ada salib2an di jalur kereta, ga’ kaya naik bus ato kendaraan darat lain yg bisa seenaknya motong jalan ato cari jalan pintas kalo kena macet. Pernah ni, aku naik kereta Mlg-Jakarta eksekutif, dengan waktu tempuh 17 jam. Molor 3-4 jam tuh. Tapi kalo cuman pengen nikmati naik kereta sambil lihat pemandangan, OK juga tuh. Betapapun terasa sangat penat rasanya duduk 17 jam lamanya. Hanya, perjalanan malam hari membuatku tak bisa melihat hijaunya sesawahan, hanya gelap dan kerlip lampu. Tapi begitu masuk senja atau fajar.., Subhanallah....., indahnya....
Special Thanks to my beloved Bro,
yg dah bayarin tiket keretaku PP Malang-Jakarta

Selasa, 04 November 2008

buah hati,,

Bahagia sekali rasanya hidup dikelilingi orang-orang yang menyayangi kita..

Pernah tak hanya sekali aku berpikir, enaknya jadi anak bungsu ya…., disayang Or-Tu, kakak2, bulek, paklek, paling nggak karena si Bungsu adalah pamungkas gitu kali ya…
Pernah juga ngiri, kenapa kok aku ga’ jadi bungsu aja ya??? (padahal dulu nyaris bungsu loh…, hehehe)

Tapi ternyata akhirnya ku menemukan, istilahnya, ga’ semua yang loe bilang tu bener!!
Beberapa kasus yang kutemui (kaya’ detektif aja niy..), ada rasa tertekan atau semacam itu ya??? Pada anak bungsu yang beranjak dewasa.

Mungkin aja ni ya.., analisisku doank.., ga dibantu ma Hercule Poirot sih.., Shinichi Kudo juga ga’ nongol2 walo dah di’email suruh bantuin.., jadinya ya..aneh gitu deh..hehehe…,

Dulunya si Bungsu ini disayang banget ma kakak2nya, so… sering diabaikan dalam pembagian tugas rumah tangga misalnya.. “Adek mainan aja…”. Begitu waktu terus berjalan, kakak2 dan si Adek pun tambah tua juga kan tentunya. Kakak2nya entah kuliah ato kerja ato nikah, si Adek mungkin merasa ‘jetlag’ , limbung perasannya cz bekurang orang yang selalu menemaninya. karena seringnya di rumah, dia jadi ga punya banyak teman main, ato dia sering ngerasa ga’ cocok ma temen mainnya. Walo kakak tak selalu jadi teman main, tapi setidaknya dia merasa aman dan nyaman ketika ada orang yang selalu perhatian ma dia. Nah.., ketika kakak2 yang tambah tua ini, meninggalkan rumah misal ( seperti alas an di atas), otomatis, ada perubahan status dan tanggung jawab bwt si Adek kan?? Dia jadi ngerasa semua tanggung jawab rumah dibebankan ke dia,’ dituntut’ untuk dewasa bersikap, menjaga orang tua..dsb. sementara dia masih tidak bisa meninggalkan ‘kesenangannya’ menjadi si Bungsu dan kemanjaannya. (Bungsu ga mesti manja loh..)

Adek yang ditinggal Kakak, tanpa persiapan mental, bisa menimbulkan rasa kecewa si Adek terhadap kakaknya.

Waduh.., ceitanya jadi nggelambyar ga’ jelas.., maafkan.. (its studying..)
Intinya, buat para kakak yang punya adek, sayangi dia…, sayang bukan berarti selalu memanjakan, latih adek sejak dini untuk bersosialisasi dengan keluarga, tetangga, masyarakat.. tapi harus dengan cara yang bener lo ya.., jangan ngajari adeknya ngegosip bareng!! Arahkan yang bener pas adeknya sedang dalam masa mencari temen. Ngomongnya baik2 ya.., jangan ngerasa sok bener mentang2 lebih tua (Tua itu pasti, Dewasa itu pilihan..=p). oya…, mulai dari hal yang ringan2 ajak Adek untuk terlibat dengan hal2 terkait Rumah Tangga, mulai dari cobalah untuk bertanya, apa pendapatnya tentang masalah yang terjadi misal…, dapet job ringan pas beres2 rumah…

Ga’ baik asal perintah!! Jelaskan.., kenapa dia harus begini, kenapa ga’ boleh gitu.., cz Adek juga manusia.., punya hati dan rasa…(cieeee..)

I think that’s all I wanna say..

Bwt adekku sayang…., yakin deh.., All your sista Luv You sooooo much….. and so do Your Brother… Titip Bapak ma Ibu ya,,,,

november rain,,

Jadi inget judul lagunya siapa ya?? Lagu jadul pastinya, memoriku merekam kata November rain kalo ga salah awal2 tahun di Sekolah Dasar kok…

Fantastis tapi ya.., seolah kata November Rain punya makna yang melekat pada setiap orang. Bahasa kiasannya sering diidentikkan dengan suasana patah hati, sendu…,iyakah???
Kalo ada November Rain, Indonesia juga punya September Ceria.. (lagu siapa ya???) berarti emang kiasan maknanya ke ‘perasaan’ alias suasana hati ya??? Ada2 ya orang kalo bikin makna bulan.. sekalian aja mulai Januari-Desember dikasi predikat masing2, biar cantik hehehe…..
Padahal…, hari ini aku benar2 mengalami November Rain loh.., the true meaning. Kayaknya harus kembali lagi disadarkan, sekarang emang dah masuk musim hujan. So.., alangkah sangat bijak mengikuti pepatah ‘Bawalah payung sebelum hujan, kalo ga bawa payung trus kehujanan baru tahu rasa,hohoho....’. Bahkan ada salah seorang mbak di kereta kemarin bilang, “ udah tau hujannya ga bisa dipastikan kapan turun, payung always in my bag!!”. Aku hanya bisa tersenyum kecut dan menikmati segarnya gerimis yang membasahi Minggu Siang di Kota Malang. Dan, hari ini sekali lagi kualami balapan dengan tetesan hujan yang semakin deras, walhasil, ya basah deh.., mo gimana lagi, lha ga’ bawa payung kok.

Minggu, 02 November 2008

ThaT I WanNa SaY to YoU....

That I wanna say to you…
Bapak….
Aku memang tak mengalami bagaimana perjuanganmu di masa muda dulu
Tapi cerita2 yang mengalir darimu terasa begitu nyata, kalah tu film documenter
Aku tak tahu apa rasa yang kau pendam ketika anakmu berbuat salah dan membuatmu kecewa
Mungkin suatu saat nanti ketika aku naik jabatan, jadi orang tua sepertimu.., air mataku akan mengalir..
Aku tak bisa melihat kelelahan di wajahmu…
Karena rasa syukur akan menjadi kebahagiaan mengalahkan keletihan setelah seharian banting tulang buat hidup kita…
Bagiku mungkin berkata kasar padamu adalah hal yang sering tak disadari…
Tapi itu adalah pukulan bagimu, inikah bagian darah dagingku wahai anakku???
Aku tidak bisa menghitung berapa banyak waktuku bersamamu
Tapi sedetik aku meninggalkanmu.., seolah setahun kau tak menemuiku.., rindu rasanya membuncah ingin memeluk anakmu
Aku tak tahu puisi terindah yang patut kuepersembahkan untukmu
Tapi bagiku.., semua nasehatmu mengalahkan pujangga di dunia ini
Kini senja menghampiri usiamu
Ingiiiiiiiinnnnnn…… sekali aku selalu berada disisimu..
Mendengar lagi cerita2 lalu yang sering kauceritakan untukku, merasakan belaian di kepalaku, melihat tawa kebahagiaan diwajahmu…
Hartaku yang paling berharga adalah melihat kebahagiaan di benak dan raut wajah kalian.., bapak...ibu…
Saat ku jauh darimu.., aku bingung bagaimana menghubungimu
Walau 3G, video call sudah menjamur dimana2, tapi aku belum sempat mengajarimu menggunakan HP atau Internet.., via telpon.. telingamu sudah tak setajam dulu untuk mendengar pesanku, via surat..aku khawatir suratku tak bisa kaubaca dengan jelas.
Aku hanya ingin berlari menghampirimu…, memelukmu erat dan membiarkanmu membelai kepalaku…
Dan membiarkan diriku dalam kebisuan kata….., biar air mata yang berbicara.., bahwa
Aku sayang sekali padamu……

Kamis, 30 Oktober 2008

finally.....

finally......
muncul juga aku disini


finally.....
aku terdaftar juga bwt ujian TA


finally.....
finally.....
and finally......